Jangan Salah Pilih Idola!

Siapa yang tidak punya idola? Saya yakin, teman-teman pasti memiliki idolanya masing-masing. Idola itu apa sih? Dalam bahasa Inggris “idola” disebut “idol” yang artinya menurut kamus Oxford ialah: a person or thing that is loved and admired very much, dan bisa juga diartikan: a statue that is worshipped as a god. Terdapat hubungan di antara kedua arti tersebut. Yang pertama diartikan sebagai sesuatu atau seseorang yang sangat dicintai, dan yang kedua diartikan sebagai patung yang dituhankan. Namun, kedua-duanya dalam bahasa Arab bisa disebut sebagai “ilah” artinya ialah sesuatu yang sangat dicintai, dipuja, dan dituhankan. Oleh karena itulah terdapat pemahaman dari syahadat tauhid yang bermakna: Tiada ilah selain Allah, maksudnya ialah tidak ada sesembahan yang patut disembah selain Allah.

Namun, fenomena yang terjadi belakangan ini, generasi muda Muslim mulai teracuni pikirannya dengan figure-figure populer. Ini juga hasil Ghazwul Fikr, yaitu perang pemikiran dimana musuh-musuh Islam melancarkan metode ini. Jika sobat disodorkan sebuah patung besar, kemudian sobat disuruh untuk menyembah patung itu, saya yakin tak ada yang mau menyembah patung itu. Namun, tanpa kita sadari, ternyata selama ini, kita disodorkan sebuah “patung hidup” yang kita puja melebihi pemujaan kita terhadap Allah. Misalkan saja, waktu adzan tiba, tapi kita masih berada di depan TV melihat acara kesayangan kita, atau melihat artis favorit kita yang sedang tampil. Bukankah ini berarti kita mendahulukan idola palsu daripada Allah? Atau waktu adzan telah tiba, namun kita lebih memilih mendengarkan musik di headset kita daripada mendengarkan adzan. Hal ini banyak terjadi di kalangan remaja Muslim.

Banyak remaja Muslim tidak mengetahui apa alasan mereka menyukai seseorang, bukan karena akhlaknya, kalau mereka sudah mencintai sesuatu berlebihan, maka yang buruk pun bisa terlihat bagus. Allah Ta’ala berfirman, (artinya):

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’ 17:36)

Tidak hanya dalam bentuk manusia dan patung, idola juga bisa berbentuk lagu, musik, dan sejenisnya. Musik pada saat ini ibarat mantra yang mampu menghipnotis umat manusia agar tertidur lelap dari realita dan masalah yang mereka hadapi. Kita bisa lihat, ada berapa juta manusia yang mengunjungi konser musik dengan meriah dan histeris? Namun, hanya ada berapa puluh manusia yang mendatangi tempat pengajian dan ta’lim dan mendengarkan dengan khusyuk?

Idola memang dapat menciptakan “agama” baru bagi manusia. Ada berapa banyak orang yang mati konyol dikarenakan  terinjak-injak saat melihat konser? Ada berapa banyak orang-orang bodoh dengan fanatismenya membela club sepakbola kecintaannya hingga harus tawuran dengan supporter sepakbola lain? Kecintaan manusia terhadap idola-idola semacam itu memang bisa menyatukan umat manusia mulai dari orang kafir, Muslim, musyrik, ahlul bid’ah. Namun juga bisa memecah belah persatuan umat Islam. Kita lihat para supporter sepakbola yang fanatik mengidolakan clubnya, ada berapa umat Islam, kafir, dan ahlul bid’ah yang tergabung bersatu padu di dalamnya dan saling merangkul? Kemudian mereka bersatu untuk menghancurkan umat Islam yang lain? Inikah gambaran umat Islam sekarang? Hanya karena mengidolakan sesuatu yang tidak jelas dan tidak bermanfaat, umat Islam bersatu dengan orang kafir dan ahlul bid’ah yang penting sama-sama satu supporter berkelahi dan berperang bersama umat Islam yang lain? Padahal Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kaum Muslimin agar kasih sayang terhadap sesamanya dan keras terhadap orang kafir. Hal ini sama keadaannya berjuang membela berhalanya masing-masing seperti yang dilakukan orang-orang Jahiliyah paganisme zaman dulu dimana mereka bertempur satu sama lain demi patung sesembahan mereka.

Mari kita renungkan ini. Apa manfaat yang selama ini kita dapat dari idola kita? Apakah Justin Bieber bisa memberimu makan ketika kamu lapar? Apakah SMASH bisa memberimu minum ketika kamu haus? Apakah Ihsan Tarore Indonesia Idol yang mengajarimu bagaimana caranya beribadah kepada Allah dengan benar? Apakah Lady Gaga? Bahkan mereka itu semua juga di akhirat sibuk untuk mencari bagaimana supaya mereka selamat dari adzab neraka –wal’iya dzubillah- dan mereka tidak akan memperdulikan orang-orang yang menjadi fans mereka. Tidakkah kau sadar sobat?

Allah ta’ala berfirman, (artinya):

“Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” (QS. Al-Furqaan 25:3)

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya (ilah = IDOL). Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. Al-Furqaan 25:43)

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisaa’ 4:139)

“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala (Inggris: IDOL), dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka.” (QS. An-Nisaa’ 4:117)

“Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (QS. An-Nisaa’ 4:120)

Lalu, siapakah idola umat Muslim yang sesungguhnya? Yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu, siapa panutan yang harrus dicontoh? Yaitu para nabi dan orang-orang sholih.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzaab:21).

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri (nabi) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya (yang mengikuti petunjuknya); ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata” (QS al-Mumtahanah 60:4).

“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah 60:6)

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia (para sahabat) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi penyayang di antara sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS al-Fath:29).

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. An-Nisaa’ 4:125)

Sudah saatnya kita berfikir rasional untuk mengambil sebuah tauladan. Apakah orang yang melantunkan musik dangdut dengan pakaian serba terbuka pantas dijadikan tauladan? Apakah para penyanyi grup band yang terjerat narkoba pantas dijadikan tauladan? Tidak ada satu pun dari mereka yang pantas dijadikan tauladan.

Saatnya kita untuk mengintropeksi diri. Siapakah yang kita puja selama ini? Siapakah yang kita teladani selama ini? Ingat sobat, kita tidak dilarang untuk ngefans atau suka terhadap seseorang. Tetapi jangan sampai rasa suka dan cinta  kita terhadap seseorang atau sesuatu itu sebanding atau bahkan lebih dibandingkan rasa cinta kita terhadap Allah. Jika sudah demikian, maka kita telah terjerumus ke dalam kemusyrikan yang tidak kita sadari. Barangkali kita sering mencela orang yang suka menyembah patung, memandikan keris, ngalap berkah di kuburan, namun ternyata tanpa kita sadari kita juga melakukan hal yang sama hanya saja obyeknya berbeda.

Wallahu a’lam bishawab….

Astaghfirullah…

2 responses to this post.

  1. Posted by AINUN on 23 Januari 2014 at 1:33 pm

    Alhamdulillah.. Artikelnya sangat bermanfaat.

    Jujur saya punya idola.
    Semoga saya bisa berubah.
    Semoga sya bisa mnjadi lebih baik. Aamiin

    sekali lg terimakasih bnyk.

    Balas

  2. Posted by sincara on 16 Mei 2014 at 5:37 pm

    thanks artikel nya 🙂

    Balas

Tinggalkan Balasan ke sincara Batalkan balasan